Robin van Persie bukan hanya penyerang tajam, tetapi juga seorang seniman dalam menyentuh bola. Lahir di Rotterdam pada 6 Agustus 1983, Van Persie dikenal karena gol-gol spektakulernya, kontrol bola kelas dunia, dan kemampuannya mengubah peluang sempit menjadi mahakarya.
Dikenal sebagai “The Flying Dutchman”, bukan hanya karena gol ikonik sundulannya di Piala Dunia 2014, tetapi juga karena gaya bermainnya yang anggun dan efisien. Van Persie adalah perpaduan antara naluri striker dan kecerdasan teknis yang tinggi.

Awal Karier: Dari Feyenoord ke Inggris
Robin van Persie mengawali karier profesionalnya di Feyenoord Rotterdam, klub masa kecilnya. Ia melakukan debut di usia 17 tahun dan langsung menarik perhatian berkat:
- Teknik luar biasa
- Visi bermain menyerang
- Tendangan kaki kiri yang mematikan
Pada 2004, ia direkrut oleh Arsène Wenger ke Arsenal, menggantikan sosok Dennis Bergkamp sebagai striker berteknik tinggi. Awalnya bermain sebagai second striker atau winger, ia kemudian berevolusi menjadi striker utama dengan daya gedor tinggi.
Arsenal: Keindahan Tanpa Gelar Utama
Selama 8 musim di Arsenal (2004–2012), Van Persie mencetak 132 gol dalam 278 pertandingan dan menjadi kapten pada musim 2011–12. Ia dikenal karena:
- Gol-gol voli spektakuler
- Kombinasi satu-dua yang cair
- Akurasi finishing luar biasa dengan kaki kiri
Pada musim 2011–12, ia menjadi:
- Top skor Premier League (30 gol)
- Pemain Terbaik versi PFA dan FWA
Namun, meskipun bermain indah, ia tidak berhasil meraih gelar liga bersama Arsenal — hanya memenangkan Piala FA 2005.
Manchester United: Trofi yang Dinanti
Pada 2012, Van Persie mengambil keputusan kontroversial: bergabung dengan Manchester United, rival langsung Arsenal, demi mengejar gelar. Di bawah Sir Alex Ferguson, ia langsung membuktikan keputusan itu tepat:
- Top skor Premier League musim 2012–13 (26 gol)
- Memenangkan Liga Inggris 2012–13
- Mencetak gol spektakuler voli melawan Aston Villa yang mengamankan gelar
Gol-golnya di musim itu sangat krusial dan ia menjadi pilar utama dalam musim terakhir kejayaan United bersama Ferguson.
Fenerbahçe, Feyenoord, dan Pensiun
Setelah era Ferguson berakhir, performa tim menurun, dan Van Persie pindah ke Fenerbahçe (Turki) pada 2015. Ia tetap menunjukkan kualitas meski dilanda cedera.
Pada 2018, ia kembali ke Feyenoord, klub masa kecilnya, dan pensiun secara emosional di sana pada 2019. Dalam pertandingan terakhirnya di De Kuip, ia mendapat standing ovation dari seluruh stadion, penghormatan bagi sang putra daerah.
Tim Nasional Belanda: Momen Ikonik dan Warisan
Van Persie menjalani 102 caps dan mencetak 50 gol untuk timnas Belanda, menjadi:
- Top skor sepanjang masa timnas Belanda (hingga kemudian dilewati oleh Memphis Depay)
- Tampil di Piala Dunia 2006, 2010, 2014, serta Euro 2008, 2012
Momen puncaknya terjadi di Piala Dunia 2014, saat ia mencetak gol sundulan ikonik melawan Spanyol — terbang menyambut umpan panjang, menyundul bola melengkung melewati Iker Casillas. Gol itu disebut sebagai salah satu gol terbaik dalam sejarah Piala Dunia.
Belanda finis sebagai peringkat 3 dalam turnamen tersebut.
Gaya Bermain
Van Persie adalah penyerang yang unik:
- Kaki kiri dominan, sangat klinis di dalam dan luar kotak penalti
- Pergerakan cerdas, tidak membutuhkan banyak sentuhan
- Spesialis tendangan bebas dan penalti
- Kontrol bola elite, sering mencetak gol dari posisi sulit
Ia bukan penyerang yang bermain secara fisik, tapi yang mengandalkan teknik dan insting posisi. Kombinasi elegansi dan efisiensi menjadikannya striker kelas dunia.